Selasa, 21 Februari 2017

Kritik Sastra

CINTA YANG TAK USAI DALAM SUNSET BERSAMA ROSIE
Cinta yang tak usai dalam novel Sunset Bersama Rosie karya Tere Liye dialami oleh tokoh utama Tegar dan Rosie. Rasa suka, ingin memiliki tetapi tidak mempunyai kesempatan terjadi pada tokoh Tegar. Tegar amat menyukai dan ingin memiliki Rosie tetapi ia tak memiliki kesempatan dan ia tak berani mengambil keputusan. Hingga membuat Tegar terjebak akan sebuah perasaan yang amat mendalam pada Rosie. Sejak belia, Tegar dan Rosie sudah dipertemukan untuk bersama-sama. Tegar sangat menyukai pagi, karena pada saat pagi matahari keluar untuk memancarkan sinarnya. Sedangkan, Rosie amat sangat  menyukai senja, karena matahari terbenam kemudian digantikan oleh terangnya cahaya bulan dan bintang yang akan meneranginya.
Kesempatan dan keputusan selalu berjalan bersamaan. Terjadinya sebuah kesempatan, terjadi pulalah sebuah kepututusan yang harus dipegang teguh. Berbeda dengan Tegar yang tak dapat mengambil kesempatan dan memaknai keputusan. Rasa cinta yang terlalu dalam kepada Rosie membuat Tegar tidak berani mengungkapkannya. 20 tahun Tegar memendam rasa suka kepada Rosie, akhirnya terkalahkan dengan 2 bulan perkenalan Nathan dengan Rosie. Nathan berani mengambil keputusan dengan mengungkapkan perasaannya kepada Rosie di sebuah puncak gunung Rinjani. Selang beberapa bulan Nathan dan Rosie menikah.
Tegar kalah dan tidak pernah memiliki kesempatan membuat Ia menghilang dari kehidupan Rosie. Tegar memilih bekerja serabutan tanpa mengenal lelah untuk menghilangkan rasa patah hati yang teramat dalam kepada wanita yang amat dicintainya. Tegar berusaha berdamai dengan kehidupan masa lalunya. Membuang dan melupakan Rosie dari kehidupannya. Melewati tahun-tahun terberat yang dialami semasa hidupnya. Kesempatan tidak datang dua kali, sehingga sekalipun takdir itu menyakitkan, kita tidak perlu takut untuk membuat kesempatan.
Rosie dan Nathan dikarunia 4 orang anak putri bak kembang. Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Rosie dan Nathan memiliki sebuah kebahagiaan yang utuh. Hingga sebuah kejadian 10 detik dapat meluluhlantahkan semuanya. Hanya dengan waktu 10 detik, terjadi sebuah bom yang menyulap kebahagiaan menjadi penderitaan yang amat memilukan. Nathan meninggal dari kejadian bom tersebut. Tere liye memanfaatkan tragedi bom pada tahun 2002 di Bali sebagai konflik cerita pada novel ini.
Tragedi bom di Bali, membuat Tegar memiliki arti kesempatan. Kesempatan untuk bersama Rosie, wanita yang amat dicintainya. Tegar memilih untuk menemani Rosie, mengurus anak-anak dan meninggalkan semua pekerjaannya hanya semata-mata perasaan cintanya yang amat mendalam terhadap Rosie. Rasa cinta itu mengukung hidupnya selamanya.
Tere Liye memanipulasi dengan sebuah kisah yang roman menggetarkan sesak dada tetapi dapat menikmati indahnya dunia, seperti indahnya Gunung Rinjani, Sunset di senja hari, dan Pulau Trawangan yang dapat dilihat dengan kasat mata pada novel ini. Pengalaman sebuah cinta yang terpendam tergambar apik dalam novel ini dengan meletakkan pilihan kata yang tepat.  Tere Liye cerdik dan leluasa dalam menggambarkan perasaan hati tokoh utama yaitu Tegar. Jatuh cinta amat dalam yang dilakukannya secara diam-diam ibarat hanya Ia dan Tuhan lah yang tahu, hingga membuat Ia menjadi kecewa ketika sebuah kesempatan yang dimilikinya tidak sesuai dengan harapan.
Dengan gaya bahasa yang tidak terlalu rumit dan juga tidak sepele,  Tere liye mampu mendeskripsikan setiap kejadian/peristiwa yang sedang terjadi menjadikannya sebagai salah satu faktor utama penentuan latar. Seperti tragedi Bom di Bali. Kata-kata yang dipilih Tere Liye banyak mengandung nasihat bijak. Terutama bagaimana cara untuk merelakan sebuah masa lalu bukan dengan cara melupakan atau membuangnya dari kehidupan, tetapi mencoba berdamai dengan hati, menghapuskan setiap permasalahan yang sedang terjadi. Tere liye mampu mengemas setiap bahasa dengan menjadikannya sebuah kutipan bijak.  Kepuitisan Tere liye tergambar pada novel ini.
Pada saat bom di Jimbaran Bali, Tegar seperti memiliki arti kesempatan dan dapat memaknai arti keputusan. Layaknya seorang manusia mengalami jatuh pada perasaan yang amat mendalam pada seseorang dan harus menerima bahwa keinginan tidak sesuai dengan kenyataan. Kenangan indah pada saat kanak-kanak hingga remaja bersama Rosie membuat Tegar mengalami sebuah kepahitan hidup. Peristiwa atau kejadian tokoh pada novel ini mengajarkan kita belajar memaknai kehidupan, yaitu pentingnya keluarga dan persahabatan, Pengalaman terluka, kecewa, hingga dapat memaknai arti dari sebuah memaafkan dengan cara berdamai.
Pertikaian perasaan antara Tegar dan Rosie mengajarkan sebuah pembelajaran untuk kita. Novel ini mengisahkan sebuah kisah yang tak biasa tetapi normal yang dialami atau yang terjadi pada kehidupan sekarang ini. Khususnya remaja atau bisa saja orang dewasa yang terlibat dalam pertikaian perasaan seperti Tegar dan Rosie ini hingga dapat menjadikan sebuah pelajaran memaknai rasa di hati.
Di sisi lain, Tegar memiliki calon tunangan atau perempuan yang sangat mencintainya. Rela menghabiskan waktu dengan menunggu kedatangan Tegar dari Gili trowongan, Lombok. Dua tahun tanpa kabar dari Tegar, membuat Ia terluka oleh sebuah perasaan. Sekar, gadis lemah lembut yang amat mencintai Tegar meskipun Ia selalu berebut perasaan Tegar terhadap Rosie. Sekar tahu betapa dalamnya rasa yang dimiliki Tegar terhadap Rosie, hingga membuatnya memutuskan untuk menggagalkan pernikahannya dengan Tegar. Ia lebih mengikhlaskan diri Tegar kepada Rosie. Ia amat tahu, bahwa Tegar tidak dapat mencintainya layaknya Tegar mencintai Rosie. Sekar jauh lebih baik menikah dengan laki-laki yang mencintainya dari pada dengan laki-laki yang amat mencintai wanita lain. Bukan dirinya.
Sebuah perpindahan perasaan dengan memberi kesempatan yang terjadi pada tokoh Sekar terhadap Rosie merupakan sebuah pembelajaran dengan arti bahwa merelakan orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya lebih baik dari pada terus bersama orang yang dicintai tetapi orang yang dicintai lebih mencintai orang lain. Sikap yang terjadi pada tokoh ini dapat kita artikan sebuah pembelajaran dalam hidup. Tidak semestinya kita harus terjebak dalam perasaan itu, mulai dan bangkitlah temui orang-orang disekitar yang dapat mencintai kita apa adanya. Tidak bergantungan perasaan pada orang lain. Rasa itu hanya boleh tertuju pada diri sendiri.
Layaknya sebuah perasaan yang meminta kehakiman, novel Sunset Bersama Rosie ini menghadirkan tokoh Oma sebagai tempat pemecah masalah. Oma yang sudah berusia lanjut, mampu mencoba mengatasi pertikain perasaan yang terjadi pada cucu-cucunya. Tegar seorang anak yatim piatu tidak memiliki keluarga, dibesarkan oleh Oma yang memiliki cucu, yaitu Rosie. Inilah sebuah perkenalan yang terjadi antara Tegar dan Rosie. Mereka berdua sejak kecil telah ditakdirkan hidup bersama-sama hingga remaja yang pada akhirnya saling memiliki sebuah perasaan satu sama lain. Perasaan suka ini mereka mulai sejak masa kanak-kanak. Keterceriaan dalam bermain membuat mereka lupa pada dasarnya mereka bersaudara dan akhirnya memiliki rasa yang tidak biasa. Sebuah rasa yang sulit diartikan. Rasa yang dimiliki oleh manusia yang sedang mengalami masa puberitas hingga dewasa yang sama-sama saling menguatkan satu sama lain. Baik rasa suka hingga rasa saling menyayangi satu sama lainnya.
Tegar dan Rosie terjebak pada sebuah perasaan yang tidak biasa. Rasa yang amat sulit diartikan dan sulit untuk dipersatukan. Rosie dan Tegar tidak menemukan jalan untuk mereka bersatu walaupun pada dasarnya mereka sudah ditakdirkan untuk hidup bersama-sama. Rosie memilih menikah dengan Nathan, pria yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya. Kini, tinggallah Tegar yang tidak berani mengambil keputusan dalam sebuah kesempatan. Padahal, Tegar telah merencanakan bahwa Ia akan mengutarakan sebuah perasaan kepada Rosie di sebuah puncak Gunung Rinjani. Ia memutuskan mendaki gunung dengan Rosie dengan membawa seorang sahabat yang dikenalinya, Nathan. Tetapi apa yang direncanakannya musnah begitu saja, hingga membuat Ia menghilang dari kehidupan Rosie dengan Nathan dan Oma satu-satunya yang dimilikinya.
Perasaan yang amat mendalam dan mengukung hati yang terjadi terus-menerus membuat Tegar kembali ke kehidupan Rosie. Kini, suasana telah berubah. Nathan telah tiada, dan tinggallah Rosie dengan anak-anaknya. Anak-anak sungguh amat menyukai Tegar. Tegar yang pandai membawakan suasana hati anak-anak hingga anak-anak amat menyukainya. Anak-anak menyebut nya dengan versi yang berbeda-beda, Paman, Om, Uncle, serta Papa yang hebat dan super. Hingga anak-anak tahu bahwa setiap gerak-gerik mata Tegar menatap Rosie, Ibu mereka dengan tatapan beda. Tatapan suka. Dan begitulah sebaliknya dengan Rosie. Anak-anak sangat menyayangi Tegar layaknya seorang anak menyayangi Ayah.
Cinta yang tak usai terjadi pada tokoh Tegar, mampu menjadikan sebagai ciri khas dalam isi penceritaan novel ini. Cinta yang dirasakan dengan serius tanpa mengharapkan imbalan balasan apapun mengajarkan kita apa arti dari cinta sejati. Bahwasanya, kehidupan didasarkan oleh sebuah perasaan suka dan cinta. Cerita yang dikarang Tere Liye mengartikan bahwa kehidupan yang kita jalani persis hampir sama dengan isi penceritaan novel ini. Kita sering kali terjebak pada sebuah pertikaian perasaan yang ntah bagaimana cara atau proses untuk mengakhirinya. Menyerah diri atau memperjuangkan merupakan suatu tindakan labil yang harus dipilih oleh seseorang. Seperti yang diungkapkan Tere Liye dalam novel ini “Kau tidak akan mendapatkan seseorang kalau kau terlalu mencintainya”. Persis seperti itulah yang dialami pada Tokoh Tegar. Ia terlalu amat mencintai Rosie, sangat terlalu sehingga ia lupa bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Cinta yang begitu dalam, membuatnya terjebak pada sebuah perasaan cinta yang tak pernah usai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar