CINTA YANG TAK USAI DALAM SUNSET
BERSAMA ROSIE
Cinta
yang tak usai dalam novel Sunset Bersama
Rosie karya Tere Liye dialami oleh tokoh utama Tegar dan Rosie. Rasa suka,
ingin memiliki tetapi tidak mempunyai kesempatan terjadi pada tokoh Tegar.
Tegar amat menyukai dan ingin memiliki Rosie tetapi ia tak memiliki kesempatan
dan ia tak berani mengambil keputusan. Hingga membuat Tegar terjebak akan
sebuah perasaan yang amat mendalam pada Rosie. Sejak belia, Tegar dan Rosie
sudah dipertemukan untuk bersama-sama. Tegar sangat menyukai pagi, karena pada
saat pagi matahari keluar untuk memancarkan sinarnya. Sedangkan, Rosie amat
sangat menyukai senja, karena matahari
terbenam kemudian digantikan oleh terangnya cahaya bulan dan bintang yang akan
meneranginya.
Kesempatan
dan keputusan selalu berjalan bersamaan. Terjadinya sebuah kesempatan, terjadi
pulalah sebuah kepututusan yang harus dipegang teguh. Berbeda dengan Tegar yang
tak dapat mengambil kesempatan dan memaknai keputusan. Rasa cinta yang terlalu
dalam kepada Rosie membuat Tegar tidak berani mengungkapkannya. 20 tahun Tegar
memendam rasa suka kepada Rosie, akhirnya terkalahkan dengan 2 bulan perkenalan
Nathan dengan Rosie. Nathan berani mengambil keputusan dengan mengungkapkan
perasaannya kepada Rosie di sebuah puncak gunung Rinjani. Selang beberapa bulan
Nathan dan Rosie menikah.
Tegar
kalah dan tidak pernah memiliki kesempatan membuat Ia menghilang dari kehidupan
Rosie. Tegar memilih bekerja serabutan tanpa mengenal lelah untuk menghilangkan
rasa patah hati yang teramat dalam kepada wanita yang amat dicintainya. Tegar
berusaha berdamai dengan kehidupan masa lalunya. Membuang dan melupakan Rosie
dari kehidupannya. Melewati tahun-tahun terberat yang dialami semasa hidupnya.
Kesempatan tidak datang dua kali, sehingga sekalipun takdir itu menyakitkan,
kita tidak perlu takut untuk membuat kesempatan.
Rosie
dan Nathan dikarunia 4 orang anak putri bak kembang. Anggrek, Sakura, Jasmine,
dan Lili. Rosie dan Nathan memiliki sebuah kebahagiaan yang utuh. Hingga sebuah
kejadian 10 detik dapat meluluhlantahkan semuanya. Hanya dengan waktu 10 detik,
terjadi sebuah bom yang menyulap kebahagiaan menjadi penderitaan yang amat
memilukan. Nathan meninggal dari kejadian bom tersebut. Tere liye memanfaatkan
tragedi bom pada tahun 2002 di Bali sebagai konflik cerita pada novel ini.
Tragedi
bom di Bali, membuat Tegar memiliki arti kesempatan. Kesempatan untuk bersama
Rosie, wanita yang amat dicintainya. Tegar memilih untuk menemani Rosie,
mengurus anak-anak dan meninggalkan semua pekerjaannya hanya semata-mata
perasaan cintanya yang amat mendalam terhadap Rosie. Rasa cinta itu mengukung
hidupnya selamanya.
Tere
Liye memanipulasi dengan sebuah kisah yang roman menggetarkan sesak dada tetapi
dapat menikmati indahnya dunia, seperti indahnya Gunung Rinjani, Sunset di
senja hari, dan Pulau Trawangan yang dapat dilihat dengan kasat mata pada novel
ini. Pengalaman sebuah cinta yang terpendam tergambar apik dalam novel ini
dengan meletakkan pilihan kata yang tepat.
Tere Liye cerdik dan leluasa dalam menggambarkan perasaan hati tokoh
utama yaitu Tegar. Jatuh cinta amat dalam yang dilakukannya secara diam-diam
ibarat hanya Ia dan Tuhan lah yang tahu, hingga membuat Ia menjadi kecewa
ketika sebuah kesempatan yang dimilikinya tidak sesuai dengan harapan.
Dengan
gaya bahasa yang tidak terlalu rumit dan juga tidak sepele, Tere liye mampu mendeskripsikan setiap kejadian/peristiwa
yang sedang terjadi menjadikannya sebagai salah satu faktor utama penentuan
latar. Seperti tragedi Bom di Bali. Kata-kata yang dipilih Tere Liye banyak
mengandung nasihat bijak. Terutama bagaimana cara untuk merelakan sebuah masa
lalu bukan dengan cara melupakan atau membuangnya dari kehidupan, tetapi
mencoba berdamai dengan hati, menghapuskan setiap permasalahan yang sedang
terjadi. Tere liye mampu mengemas setiap bahasa dengan menjadikannya sebuah
kutipan bijak. Kepuitisan Tere liye
tergambar pada novel ini.
Pada
saat bom di Jimbaran Bali, Tegar seperti memiliki arti kesempatan dan dapat
memaknai arti keputusan. Layaknya seorang manusia mengalami jatuh pada perasaan
yang amat mendalam pada seseorang dan harus menerima bahwa keinginan tidak
sesuai dengan kenyataan. Kenangan indah pada saat kanak-kanak hingga remaja
bersama Rosie membuat Tegar mengalami sebuah kepahitan hidup. Peristiwa atau
kejadian tokoh pada novel ini mengajarkan kita belajar memaknai kehidupan, yaitu
pentingnya keluarga dan persahabatan, Pengalaman terluka, kecewa, hingga dapat
memaknai arti dari sebuah memaafkan dengan cara berdamai.
Pertikaian
perasaan antara Tegar dan Rosie mengajarkan sebuah pembelajaran untuk kita.
Novel ini mengisahkan sebuah kisah yang tak biasa tetapi normal yang dialami
atau yang terjadi pada kehidupan sekarang ini. Khususnya remaja atau bisa saja
orang dewasa yang terlibat dalam pertikaian perasaan seperti Tegar dan Rosie
ini hingga dapat menjadikan sebuah pelajaran memaknai rasa di hati.
Di
sisi lain, Tegar memiliki calon tunangan atau perempuan yang sangat
mencintainya. Rela menghabiskan waktu dengan menunggu kedatangan Tegar dari
Gili trowongan, Lombok. Dua tahun tanpa kabar dari Tegar, membuat Ia terluka
oleh sebuah perasaan. Sekar, gadis lemah lembut yang amat mencintai Tegar
meskipun Ia selalu berebut perasaan Tegar terhadap Rosie. Sekar tahu betapa
dalamnya rasa yang dimiliki Tegar terhadap Rosie, hingga membuatnya memutuskan
untuk menggagalkan pernikahannya dengan Tegar. Ia lebih mengikhlaskan diri
Tegar kepada Rosie. Ia amat tahu, bahwa Tegar tidak dapat mencintainya layaknya
Tegar mencintai Rosie. Sekar jauh lebih baik menikah dengan laki-laki yang
mencintainya dari pada dengan laki-laki yang amat mencintai wanita lain. Bukan
dirinya.
Sebuah
perpindahan perasaan dengan memberi kesempatan yang terjadi pada tokoh Sekar
terhadap Rosie merupakan sebuah pembelajaran dengan arti bahwa merelakan orang
yang dicintai kepada orang yang mencintainya lebih baik dari pada terus bersama
orang yang dicintai tetapi orang yang dicintai lebih mencintai orang lain.
Sikap yang terjadi pada tokoh ini dapat kita artikan sebuah pembelajaran dalam
hidup. Tidak semestinya kita harus terjebak dalam perasaan itu, mulai dan
bangkitlah temui orang-orang disekitar yang dapat mencintai kita apa adanya.
Tidak bergantungan perasaan pada orang lain. Rasa itu hanya boleh tertuju pada
diri sendiri.
Layaknya
sebuah perasaan yang meminta kehakiman, novel Sunset Bersama Rosie ini menghadirkan tokoh Oma sebagai tempat
pemecah masalah. Oma yang sudah berusia lanjut, mampu mencoba mengatasi
pertikain perasaan yang terjadi pada cucu-cucunya. Tegar seorang anak yatim
piatu tidak memiliki keluarga, dibesarkan oleh Oma yang memiliki cucu, yaitu
Rosie. Inilah sebuah perkenalan yang terjadi antara Tegar dan Rosie. Mereka
berdua sejak kecil telah ditakdirkan hidup bersama-sama hingga remaja yang pada
akhirnya saling memiliki sebuah perasaan satu sama lain. Perasaan suka ini mereka
mulai sejak masa kanak-kanak. Keterceriaan dalam bermain membuat mereka lupa
pada dasarnya mereka bersaudara dan akhirnya memiliki rasa yang tidak biasa.
Sebuah rasa yang sulit diartikan. Rasa yang dimiliki oleh manusia yang sedang
mengalami masa puberitas hingga dewasa yang sama-sama saling menguatkan satu
sama lain. Baik rasa suka hingga rasa saling menyayangi satu sama lainnya.
Tegar
dan Rosie terjebak pada sebuah perasaan yang tidak biasa. Rasa yang amat sulit
diartikan dan sulit untuk dipersatukan. Rosie dan Tegar tidak menemukan jalan
untuk mereka bersatu walaupun pada dasarnya mereka sudah ditakdirkan untuk
hidup bersama-sama. Rosie memilih menikah dengan Nathan, pria yang lebih dulu
mengungkapkan perasaannya. Kini, tinggallah Tegar yang tidak berani mengambil
keputusan dalam sebuah kesempatan. Padahal, Tegar telah merencanakan bahwa Ia
akan mengutarakan sebuah perasaan kepada Rosie di sebuah puncak Gunung Rinjani.
Ia memutuskan mendaki gunung dengan Rosie dengan membawa seorang sahabat yang
dikenalinya, Nathan. Tetapi apa yang direncanakannya musnah begitu saja, hingga
membuat Ia menghilang dari kehidupan Rosie dengan Nathan dan Oma satu-satunya
yang dimilikinya.
Perasaan
yang amat mendalam dan mengukung hati yang terjadi terus-menerus membuat Tegar
kembali ke kehidupan Rosie. Kini, suasana telah berubah. Nathan telah tiada,
dan tinggallah Rosie dengan anak-anaknya. Anak-anak sungguh amat menyukai
Tegar. Tegar yang pandai membawakan suasana hati anak-anak hingga anak-anak
amat menyukainya. Anak-anak menyebut nya dengan versi yang berbeda-beda, Paman,
Om, Uncle, serta Papa yang hebat dan super. Hingga anak-anak tahu bahwa setiap
gerak-gerik mata Tegar menatap Rosie, Ibu mereka dengan tatapan beda. Tatapan
suka. Dan begitulah sebaliknya dengan Rosie. Anak-anak sangat menyayangi Tegar
layaknya seorang anak menyayangi Ayah.
Cinta
yang tak usai terjadi pada tokoh Tegar, mampu menjadikan sebagai ciri khas
dalam isi penceritaan novel ini. Cinta yang dirasakan dengan serius tanpa
mengharapkan imbalan balasan apapun mengajarkan kita apa arti dari cinta
sejati. Bahwasanya, kehidupan didasarkan oleh sebuah perasaan suka dan cinta. Cerita
yang dikarang Tere Liye mengartikan bahwa kehidupan yang kita jalani persis
hampir sama dengan isi penceritaan novel ini. Kita sering kali terjebak pada
sebuah pertikaian perasaan yang ntah bagaimana cara atau proses untuk
mengakhirinya. Menyerah diri atau memperjuangkan merupakan suatu tindakan labil
yang harus dipilih oleh seseorang. Seperti yang diungkapkan Tere Liye dalam
novel ini “Kau tidak akan mendapatkan
seseorang kalau kau terlalu mencintainya”. Persis seperti itulah yang
dialami pada Tokoh Tegar. Ia terlalu amat mencintai Rosie, sangat terlalu
sehingga ia lupa bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Cinta yang
begitu dalam, membuatnya terjebak pada sebuah perasaan cinta yang tak pernah
usai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar